Kamis, 20 Januari 2011

Krim Antikerut Cuma Buang Duit?


Bila Anda termasuk orang yang sering menghabiskan uang demi membeli krim wajah yang mengandung kolagen sebaiknya mulai berpikir ulang. Menurut pendapat sebagian ahli, krim kolagen yang diklaim membantu memperhalus kerutan dan mengencangkan kulit wajah tidaklah seefektif yang dibayangkan.

Para ahli menyatakan, molekul-molekul kolagen tak banyak bekerja pada lapisan kulit karena ukurannya terlalu besar sehingga tidak dapat menembus ke dalam sel-sel kulit. Krim hanya menempel di permukaan wajah hingga kemudian luruh setelah dibersihkan atau dibilas.


Kritik disampaikan oleh para ahli terhadap klaim yang dibuat produsen krim kolagen. Survey yang dilakukan badan amal Sense About Science menunjukkan, hal dinilai paling mengganggu oleh para ahli adalah klaim yang dibuat oleh perusahaan dalam kemasan produk yang berharga mahal tersebut.

Kolagen adalah protein yang memberi kekuatan dan kekenyalan kulit. Seiring pertambahan usia, protein menjadi bahan kunci dari banyak krim yang mengklaim meremajakan kulit dan menghaluskan kerutan.

Para ilmuwan membantah klaim yang dibuat banyak perusahaan kosmetik. Ilmuwan mengatakan, molekul-molekul kolagen digunakan terlalu banyak untuk menembus kulit di luar permukaan.
Profesor Richard Guy dari Universitas Bath, Inggris, misalnya menggambarkan, ide yang menyatakan kolagen dapat diserap melalui kulit adalah sesuatu yang benar-benar tidak masuk akal.

"Gagasan produk ini adalah kolagen bisa melewati lapisan atas kulit dan memperkuat kolagen alami kita. Fakta sederhananya, kolagen merupakan molekul besar dan kulit dirancang untuk mencegah unsur itu," kata Richard.

Dr Blanca Sengerova, ahli biokimia Universitas Oxford, mengatakan hal senada. "Benar-benar membuat saya frustasi saat saya melihat iklan krim antikerut mengandung kolagen. Meskipun kolagen secara struktural penting untuk integritas kulit kita, molekul kulit terlalu besar untuk melewati rintangan yang diajukan oleh kulit," ujarnya.

Jonathan Hadgraft, profesor kimia biofisika di Universitas London, mengatakan,"Ada kepercayaan populer. Kira-kira 60 persen dari krim itu terserap melalui kulit, tetapi kenyataannya kebanyakan dari krim itu hanya tinggal di kulit. Bila itu menembus kulit dan masuk ke darah, hal itu sudah termasuk golongan pengobatan."

Sementara Chris Flower dari  Cosmetics, Toiletry and Perfumery Association, mengimbau para produsen untuk sangat berhati-hati menyusun kata-kata yang tepat dari klaim yang mereka buat. Pasalnya, hal ini berisiko menimbulkan opini yang keliru dari para konsumen.

source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post